Krisis perumahan Inggris – kisah kesehatan mental pribadi

Krisis perumahan Inggris – kisah kesehatan mental pribadi

Inggris sedang menghadapi krisis perumahan. Ini berdampak besar pada kesehatan fisik dan mental banyak orang di negara ini. Copywriter MQ Juliette Burton membagikan kisah pribadinya.

Bulan ini (Mei 2023) tak hanya menjadi tuan griya Pekan Kesadaran Kesehatan Mental, di mana kami di MQ sangat gembira buat menjadi bagiannya, tetapi juga bulan pesta pemanasan flat saya.

Ini mungkin terdengar seperti pengantar yang terobsesi dengan diri sendiri, tetapi korelasi antara kesehatan mental dan krisis perumahan saat ini di Inggris berarti bahwa kisah pribadi saya secara mengkhawatirkan menunjukkan masalah yang lebih besar yang dihadapi negara kita sekarang.

Cerita latar

Setelah tinggal di luar London sepanjang hayati saya, saya pindah ke mama kota pada tahun 2019, menjadi penyewa dengan seorang kawan. Saya tinggal di sana selama pandemi waktu yang sangat singkat atau yang tertentu kawan sekamar saya dan saya kehilangan penghasilan karena kami berdua bekerja di industri seni. Seperti banyak orang lainnya, penguncian dan ketidakpastian yang berulang kali berdampak buruk dan lebih dari setahun yang lalu (Maret 2022) saya pindah.

Sejujurnya saya terpesona, merasa tersesat, sendirian, siap buat perubahan tetapi juga, melakukan penguncian berulang kali buat menatap lebih dalam ke diri saya dan masa lalu saya, depresi klinis saya lebih kuat dari yang saya tahu. Saat itu saya mau menghukum diriku sendiri. Jadi saya pindah ke flat studio yang kecil dan dingin buat menyendiri.

Setahun kemudian dan saya sangat gembira mengatakan bahwa saya tak lagi tinggal di tempat itu; sempurna flat maupun emosi putus asa. Tetapi musim baru ini harus dibayar mahal, buat kesehatan fisik, kesehatan finansial, dan kesehatan mental saya.

Seperti banyak orang di London, studio tempat saya tinggal selama 12 bulan terakhir mahal buat disewa dan kondisinya tak sempurna buat kesehatan siapa pun. Pada musim panas 2022, saya keluar dari pekerjaan karena pikiran buat bunuh diri dan depresi berat. N November 2022 saya didiagnosis menderita herpes zoster, tak biasa buat orang yang cukup bugar di usia 30-an, dan pada Januari 2023 setelah demam berulang saya didiagnosis menderita pneumonia.

Lingkungan-Mental: Lingkungan Mempengaruhi Kesehatan Mental

Hal ini tak mengherankan mengingat penelitian menunjukkan bahwa suhu tubuh atau kenyamanan termal, suara yang mengelilingi kita atau polusi suara dan privasi lingkungan atau ruang pribadi kita sangat berpengaruh terhadap kesehatan mental kita. Itu dikombinasikan dengan efek polusi udara pada kesejahteraan mental seperti yang ditunjukkan oleh penelitian berarti tempat tinggal kita mendapat berdampak nyata pada kesehatan mental dan mendapat menyebabkan penyakit mental.

Suhu dan stres mendapat menjadi jalan dua arah karena stres juga mendapat mempengaruhi suhu tubuh dan beberapa percaya bahwa stres mendapat menyebabkan demam termasuk hipertermia dan hipotermia.

Sebaliknya, tinggal di tempat dengan banyak sinar, privasi, kehangatan dan kedamaian atau suara yang menenangkan serta tanaman dan alam di sekitar anda kemungkinan besar akan berdampak positif pada kesehatan mental. Jadi tinggal di studio yang dingin dan lembap di dekat tanaman yang ditumbuhi tanaman dengan tetangga yang agresif dan sangat sedikit sinar matahari memiliki efek yang tanpa sadar mengundang saya… buat merusak kesehatan mental saya.

Saat-saat Menegangkan

Sepeda yang dicuri, tetangga yang agresif, dan sering sakit… sebentar pengaruh depresi klinis membawa saya ke dalam bayang-bayang yang sudah dikenal, efek dari kondisi kehidupan saya jernih membawa saya ke tempat yang jauh lebih gelap daripada yang pernah saya bayangkan.

Begitu saya mulai memberi tahu orang-orang bahwa saya menderita pneumonia, jumlah orang yang berbagi bahwa mereka atau seseorang yang mereka kenal berusia 30-an atau 40-an baru-baru ini mengembangkan kondisi yang sama mengejutkan saya. kalau saya mulai mengenakan korset dan rok dalam dan mungkin membeli satu sen buat mulai bekerja, mungkin saya akan mewujudkan seluruh mimpi novel Dickensian. Atau haruskah itu menjadi mimpi buruk?

Stres mendapat berdampak besar pada kesehatan mental dan kesehatan fisik kita. Dan orang yang hayati dengan penyakit mental yang serius seringkali memiliki kesehatan fisik yang lebih buruk daripada populasi biasa. Mereka lebih mungkin meninggal di bawah usia 75 tahun, kebanyakan karena penyakit fisik yang mendapat dicegah. Mereka juga lebih cenderung memiliki berbagai kondisi kesehatan fisik di samping penyakit mental mereka. Kesehatan fisik dan kesehatan mental tampaknya terkait secara intrinsik.

Pencarian Properti

Setelah menyadari saya tak mampu tinggal di London, saya mulai mencari di kabupaten di luar ibukota. Pasarnya kuat. Bangun sebelum bekerja, menatap-lihat iklan properti, mengirim email sebelum kantor buka, menelepon waktu yang sangat singkat atau yang tertentu sudah menjadi ritual sehari-hari. Setelah menatap sebuah flat yang diiklankan pada jam 9 pagi, saya menelepon sebelum jam 9.30 pagi buat mengatakan bahwa mereka harus menutup tampilan karena kebanjiran. Pada satu titik saya diberitahu oleh seorang agen real estat bahwa saya telah bertemu berulang kali dan berbicara setiap hari selama berminggu-pekan bahwa sebuah properti telah dipasarkan pada malam sebelum dia mengirim 30-40 email yang meminta buat menatap properti keesokan paginya.

Saya pikir saya menatap 20-30 properti, menawarkan 5 setiap kali hanya buat diberi tahu bahwa saya tak berhasil.

Penolakan berulang kali susah buat ditanggung, bahkan kalau semuanya logikanya tak bersifat pribadi. Dan, saat berselancar di sofa dan berkumpul dengan kawan-kawan yang tak bisa saya ungkapkan rasa syukurnya, tingkat stres saya lanjut meningkat.

Efek dari pengejaran properti yang tiada henti ini terhadap kesehatan mental dan fisik saya sangat jernih. Pneumonia saya membutuhkan waktu lebih lambat buat sembuh dengan jam kerja yang lebih lambat dan depresi saya berlanjut. Saya kesulitan berpikir jernih, berkomunikasi secara efektif, atau berhubungan dengan orang lain.

Selama bertahun-tahun saya menyewa, saya tak pernah mengalami tren seperti ini. kawan meyakinkan saya bahwa mereka telah mendengar tentang orang lain dalam situasi yang sama. Kepastian menyebabkan kepedulian sosial lebih lanjut.

tak Sendirian: ​​Krisis Sosial

Saya tak tahu bahwa orang lain mengalami kejadian yang sama menegangkan dan serupa.

Statistik dari dini tahun 2023 jernih – kami sedang mengalami krisis perumahan. Di London saja, pembangunan konstruksi baru dan penjualan melemah menurut data dari Molior. Dan harga griya sewa lanjut meningkat. Di Lambeth, majelis mengirimkan surat kepada penduduk pada bulan Maret yang memberi tahu mereka bahwa total biaya perumahan mereka akan naik hingga £300 per bulan. hanya pemberitahuan empat pekan yang diberikan tanpa konsultasi. Surat itu memberi tahu penduduk bahwa kalau mereka tak mampu membayar sewa, mereka dipersilakan buat menyerahkan pemberitahuan mereka. Saya semestinya telah mengetahui.

karena krisis biaya hayati, kenaikan biaya bahan bakar, biaya daya, biaya makanan dan banyak lagi, lebih banyak orang cenderung berjuang buat membayar tagihan mereka. Ini mungkin telah berkontribusi pada alasan kenapa pasar perumahan begitu bengis hari ini dan kenapa saya butuh waktu berbulan-bulan buat menemukan properti yang tak hanya mampu saya sewa tetapi juga tawaran saya diterima. Bagi siapa pun yang saat ini tak mencari tempat tinggal baru, inilah beberapa perspektif tentang realitas situasi.

Statistik menunjukkan bahwa tak hadir cukup griya sosial yang diakui oleh pemerintah daerah. Lebih dari 1,2 juta griya tangga berada dalam daftar tunggu buat perumahan sosial di Inggris saja. nyaris 100.000 griya tangga tinggal di tempat penampungan sebentar termasuk 120.710 bocah kecil. majelis menghabiskan £ 1,6 miliar di akomodasi sebentar hanya pada tahun 2021-22.

Flat Warming : Menghangatkan Hati

Untungnya, bagian dari perjalanan saya ini memiliki akhir yang bahagia. Saya cukup beruntung menemukan properti baru buat disewa. Saya pindah pada pertengahan April tahun ini. Setiap pagi saya bangun buat menatap sinar hangat masuk melalui jendela, dengan lebih banyak ruang buat bekerja lebih efektif di dalam, dokter biasa terdekat tempat saya bisa mendaftar, tetangga yang ramah, bahkan sekarang hadir ruang terbuka dengan balkon kecil. Rasa lega fisik yang saya rasakan memprihatinkan.

Sensasi mendalam dari kebutuhan dasar yang terpenuhi terasa seperti tubuh saya akhirnya memiliki kesempatan buat berada di tanah yang kokoh. Dan hadir tanda-tanda bahwa harga diri saya tak hanya mulai pulih tetapi kesehatan mental saya mungkin juga mulai stabil.

Berkat penelitian saya memiliki pemahaman yang lebih sempurna tentang kenapa hal-hal ini sudah berdampak positif pada kesehatan mental saya. Sejujurnya, saya berharap ini yaitu obat ajaib dan tiba-tiba saya tak akan memiliki masalah dengan depresi atau kecemasan atau gangguan makan. Tapi tentu saja, bukan itu masalahnya. Penyakit mental saya tetap seiring saya, tetapi sekarang lingkungan menjadi lebih sehat, ini memberi saya dasar yang lebih stabil buat mengembangkan kebiasaan yang lebih sehat. Dan semakin banyak orang berhak mendapatkan tingkat keselamatan dan keamanan dasar yang sama di mana mereka juga mendapat mengembangkan kesehatan mental yang lebih sempurna.

Penelitian telah membantu saya memahami apa yang telah saya alami baru-baru ini dan kenapa perumahan yakni bagian penting dalam teka-teki gambar kesehatan mental yang sempurna. Dengan penelitian lebih lanjut, semoga undang-undang dan kebijakan perumahan pemerintah di masa primer akan diinformasikan oleh penelitian yang jernih yang menghubungkan kesehatan mental dan memiliki griya yang terlindung dan sehat.

Dukung Kesehatan Mental MQ sehingga kami mendapat mendukung penelitian tentang efek ketidaksetaraan pada kesehatan mental yang membantu memberikan bukti kepada pembuat kebijakan.